Rabu, 16 Agustus 2017

Tokoh islam di Desa Segoropuro


Di desa Segoropuro Kab. Pasuruan terdapat tiga makam ulama besar. Yaitu Sayid Arif Abdurrahim, Sayid Abdurrahman, dan Mbah Kendil Wesi. Ketiga tokoh inilah dulu kala menjadi penggerak
Cerita napak tilas Sayyid Arif Abdurrahim tidak akan lepas dari sang kakak Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, yang makamnya berada di Mojoagung Jombang Jawa Timur.
Perjuangan keduanya dalam membabat kawasan pesisir Pulau Jawa, menjadi daerah yang kental dengan nilai-nilai religius menorehkan masa keemasan.
Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi adalah gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa melalui jalur laut. Dan salah satu dari mereka adalah Sayid Sulaiman Basyaiban. Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadhramaut yang terkenal alim dan sakti.
Dan ayahanda Sayid Sulaiman dan Sayid Arif yang bernama Sayid Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayid Abu Bakar Ba Syaiban. Ia putra sulung Sayid Umar bin Muhammad bin Abu Bakar Ba Syaiban. Lahir pada abad ke-16 M di Tarim, Yaman bagian selatan sebuah perkampungan sejuk yang terkenal sebagai gudang para wali dan auliya’ Allah. Beliau yang pertama kali masuk ke tanah jawa dari keturunan Basyaiban. Ia merantau ke Nusantara,  Sayid Abdurrahman memilih tempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin, Demak, bernama Syarifah Khadijah (Ratu Ayu). Seorang putri bangsawan yang masih keturunan Rasulullah dan masih cucu Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). dan beliau di makamkan di Bangil Pasuruan. Sayyid Abdurrahman wafat
Sayyid Abdurrohman mempunyai Buah dari pernikahan mereka dikaruniai tiga putra, yakni Sayid Sulaiman, Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), dan Sayid Abdullah. Ketiganya mewarisi keturunan leluhurnya dalam hal berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Tempat syiar pertama mereka adalah Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Lalu berkelana ke Solo, di sini mereka terkenal kesaktiannya. Hingga suatu ketika seorang Ratu Mataram Solo merasa iri. Di kota inilah mereka berpisah, Sayid Sulaiman memilih pergi ke Surabaya tepatnya di Ampel Denta, sedangkan sang adik memilih untuk menetap.
                Sayid Sulaiman kemudian berguru pada santri-santri Raden Rahmat (Sunan Ampel). Tak berselang lama, kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Ratu Mataram. Lalu sang ratu mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Salah satu utusan adalah Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), adik kandungnya sendiri.
Sesampainya di Ampel, Sayid Arif sangat terharu bertemu kembali dengan kakak tercinta. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, dan memilih belajar kepada santri-santri Sunan Ampel bersama Sayid Sulaiman.
Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri kepada Mbah Sholeh Semendi di Desa Segoropuro, seorang ulama besar asal Banten, Jawa Barat, yang menyebarkan Islam di Pasuruan pada abad ke-17.
Saat nyantri di Mbah Semendhi, keduanya banyak belajar.  Melihat kecerdikan dari keduanya, bikin Mbah Soleh tertarik untuk menjadikan menantu keduanya. Setelah menikah, kedua bersaudara ini tetap melakukan syiar Islam. Sayid Arif tetap belajar di Segoropuro, sementara Sayid Sulaiman babat alas di kawasan Kraton. Lepas dari itu Sayid Sulaiman memilih tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Hingga akhirnya mendapat julukan Pangeran Kanigoro dan sempat pula menjadi penasehat Untung Surapati, seorang tokoh terkemuka Pasuruan dan tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara.  Namun, Sayid Sulaiman diminta untuk kembali ke Cirebon oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Karena kala itu terjadi pertempuran sengit antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri Sultan Haji, tepatnya pada 1681-1683. Sedangkan Sayid Arif diminta Mbah Soleh untuk tetap di Pasuruan membantu penyebaran Islam.
Dari sinilah cerita pondok pesantren Sidogiri berdiri. Nama Segoropuro sendiri, memiliki banyak arti hingga menjadi nama desa. Lokasinya berada dekat dengan segoro (lautan) dan disana terdapat perbukitan. Di  tempat  inilah, Sayid Arif menempa ilmu saat belajar dengan Mbah Semendhi.
Dari sinilah mulai terbentuk beberapa sentra besar penyebaran Islam. Seperti berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo Surabaya dan Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Kini pesantren-pesantren itu masih ada, di bawah pengelolahan yang masih satu garis keturunan dari Sayid Sulaiman dan Sayid Arif. Untuk terus menjaga kemilau fajar penyebaran Islam yang telah dirintis mereka berdua.
Sayid Arif yang haus akan ilmu, sering mengaji dan mempelajari kitab-kitab dari gurunya. Karena dekat dengan laut, Sayid Arif merasa terganggu dengan suara ombak yang berdesir saat belajar. Hingga suatu ketika, dia meminta kepada Allah agar menjauhkan suara ombak itu. Menyadari permintaannya terlalu tinggi, Sayid Arif pun meminta maaf kepada sang pencipta. Dari sinilah akhirnya muncul nama Segoro (lautan) dan Puro yang alam  bahasa jawanya mengartikan maaf (Pangapuro).
Syiar Islam yang dilakukan Sayid Arif dikala itu,  nampaknya  membuat pemerintahan Belanda tak senang. Sebab, dari  syiar itulah cikal bakal organisasi perlawanan bisa muncul. Apalagi, syiar melalui dakwah yang dilakukan Sayid Arif banyak diikuti jamaah, hingga akhirnya menjadi santri atau pengikut. Begitu juga dengan syiar yang dilakukan Sayid Sulaiman, yang bahkan menyebar ke daerah lain. Tidak hanya di kawasan Pasuruan, tapi juga sampai Banten. Hingga Ia pernah dipanggil Sultan Agung Tirtayasa sekitar tahun  1681-an.
Saat itu Sultan Agung Tirtayasa sedang bergejolak dengan putranya sendiri, Sultan Haji. Pemicunya, sang anak memihak Belanda. Dua bersaudara ini bahkan mulai mendekat pada penguasa Pasuruan, yang saat itu masih dipegang oleh  Untung Surapati.
Tokoh terkemuka yang belakangan menjadi adipati di Pasuruan, dan gencar melakukan perlawanan dengan Belanda. Bersama penerus generasi Untung Surapati, Sayid Arif juga memperjuangkan kemerdekaan. Sayyid arif memiliki 3 anak , sayyid hasyim berjuluk raden wongso rejo, sayyid Abdullah yang menjadi bagian dari kesultanan jogja, sayyid alwi yg berjuluk danuningrat.

3 komentar:

  1. Alhamdulillah akhirnya dpt Ilmu dari Gogle mengenai sejarah para WaliAlloh yg ada di Pasuruhan dan Alhamdulillah Almarhumah Ibuku Asli Wong Pasuruhan👍Bpku Wong Suroboyo👍

    BalasHapus
  2. Alkhamdulillah...sedikit ada titik terang
    Selama ini saya selalu bertanya" siapa keturunan ba syaiban yg dr sayyid Arif segoro puro....krn saya sebgi ba syaiban yg dr beliau punya nasab jelas ...tp sebagian orang mengatakan mbah Arif gk punya keturunan...ini yg nglendur
    Krn saya pernah baca artikel 6g mengatakan keturunan sayyid arif tervatat rapi d robithoh...

    BalasHapus

Karnaval Di Desa Segoropuro

Masyarakat Segoropuro dalam memperingati acara Tahun Baru Islam 1439 H.  mengadakan karnaval & pengajian dan berbagai macam Se...